Beranda | Artikel
Keutamaan Berinfak - Surah Al-Baqarah 254
Kamis, 22 September 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Keutamaan Berinfak – Surah Al-Baqarah 254 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 23 Safar 1444 H / 20 September 2022 M.

Download kajian sebelumnya: Penetapan Adanya Malaikat – Surah Al-Baqarah 248

Keutamaan Berinfak – Surah Al-Baqarah 254

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman berinfaklah dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada kalian, sebelum datangnya hari yang tidak ada padanya jual beli dan tidak pula bermanfaat kekasih dan tidak pula bermanfaat syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah[2]: 254)

Syafaat yang ditiadakan di sini yaitu syafaat untuk orang-orang musyrik. Karena syarat untuk mendapatkan syafaat yaitu wafat di atas tauhid.

Dari ayat ini kita ambil faedah, kata Syaikh Shalih Utsaimin Rahimahullah:

Keutamaan berinfak

Keutamaan berinfak dari sebagian apa yang Allah berikan kepada kita. Karena Allah memanggil dengan mengatakan “Hai orang-orang yang beriman…” berarti infak ini merupakan bagian dari keimanan. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Sedekah itu bukti.” (HR. Muslim)

Yaitu bukti akan keimanan seorang hamba. Karena manusia pasti mencintai harta, itu tabiat manusia. Allah mengatakan:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ …

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak…” (QS. Ali ‘Imran[3]: 14)

Ketika dia menginfakkan apa yang ia cintai berupa harta, itu tanda keimanan dia kepada Allah. Sebab orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat tentu dia tidak akan mau berinfak. Tapi ketika dia mau memberikan cuma-cuma kepada fakir miskin, itu menunjukkan bukti bahwa dia beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat.

Berinfak Konsekuensi Iman

Berinfak ini adalah konsekuensi iman, sedangkan bakhil itu menunjukkan kekurangan iman. Makanya tidak pantas seorang mukmin menjadi bakhil. Mukmin itu pantasnya dermawan. Dermawan dengan badannya, misalnya membantu mengangkat misalnya. Dermawan dengan kedudukannya, misalnya menggunakan kedudukan itu untuk berbuat kebaikan, membela dakwah dan yang lainnya.

Pemberian Allah

Penjelasan tentang pemberian Allah kepada kita dimana Allah mengungkit kenikmatan itu kepada kita. Kalau Allah mengungkit dan mengingatkan kenikmatan kepada hamba-hambaNya tentang kenikmatan itu supaya mereka bersyukur, itu hak Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah mengatakan di situ: “Berinfaklah dari sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian.” Ini memberikan perintah agar kita berinfak di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah pun akan memberikan pahala besar bagi orang yang berinfak. Allah berfirman:

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ…

“Perumpamaan orang yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah seperti orang yang menanam biji, lalu ia menumbuhkan tanaman yang mempunyai tujuh cabang, setiap cabangnya ada 100 biji…” (QS. Al-Baqarah[2]: 261)

Berarti infak itu dilipatgandakan sampai 700 kali lipat pahalanya. Sebagian orang mengiming-imingi katanya, “Berarti kalau berinfak 10.000 maka nanti Allah ganti menjadi 700 kali lipat.” Kita katakan bahwa ini penafsiran yang salah. Allah tidak pernah mengiming-imingi hambaNya dengan pahala dunia. Selalu yang Allah imingkan kepada manusia adalah dengan menyebutkan pahala akhirat. Karena pahala akhirat jauh lebih besar dan lebih baik dibandingkan dengan pahala dunia.

Tentunya seorang mukmin lebih semangat ketika mendengar pahala akhirat dibandingkan mendengar pahala dunia. Kalau ternyata kita masih lebih semangat mendapatkan pahala dunia, berarti kita masih cinta dunia yang berlebihan.

Rezeki dari Allah

Peringatan bahwa manusia itu mendapat rezeki bukan sebatas dari hasil usahanya. Usaha itu hanya sebab. Adapun yang memberi rezeki adalah Allah. Karena Allah mengatakan: “Dari rezeki yang Kami berikan kepada kalian.”

Terkadang seseorang usahanya sudah maksimal. Dia mencari rezeki sana-sini banting tulang, tapi ternyata tetap saja rezekinya seret. Itu menunjukkan bahwa rezeki itu bukan sebatas dari usaha. Memang usaha itu sebab, tapi tetap yang memberikan rezeki adalah Allah.

Ada orang yang usahanya biasa-biasa, tidak sampai larut malam, tapi Alhamdulillah diberikan oleh Allah rezeki banyak.

Yang memberi rezeki Allah, namun kewajiban kita memang harus usaha. Tapi bukan usaha yang memberi rezeki kepada kita.

Oleh karena itu jangan sekali-kali seorang insan merasa ujub dengan rezeki yang dia peroleh. Misalnya seperti kata Si Qarun: “Aku diberikan kekayaan ini karena keilmuan dan kecerdasan saya dalam berbisnis.”

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52161-keutamaan-berinfak-surah-al-baqarah-254/